Usaha

Menyesatkan Pekerja & Memotivasi Pengusaha

Apakah Anda Seorang Pekerja?

Apakah Anda seorang pekerja? Apakah Anda bekerja di suatu perusahaan? Jika ya, apakah Anda sudah cukup bekerja keras? Sudahkah Anda bekerja giat? Apakah Anda diberi tugas yang tidak kunjung selesai? Atau apakah Anda diberi suatu target yang sangat tinggi sehingga kadang kala Anda berpikir bahwa Anda tidak mungkin mencapainya?

Apakah Anda merasa capai dengan pola kerja yang telah Anda lalui selama ini? Apakah Anda punya cukup waktu untuk berkumpul dengan keluarga setiap harinya? Atau bahkan tidak ada cukup untuk keluarga?

Apakah Anda sudah merasa cukup dengan gaji yang Anda terima setiap bulan? Cukupkah gaji yang Anda terima untuk mengkompensasi pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran yang telah Anda dedikasikan untuk perusahaan? Apakah gaji tersebut cukup untuk menggantikan pengorbanan keluarga Anda yang semakin kehilangan Anda ketika karir Anda menanjak?

Masalah Klasik Pekerja

Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan klasik seperti di atas yang akan timbul dalam benak Anda sebagai pekerja yang kritis. Pertanyaan-pertanyaan ini akan selalu timbul dan begitu memaksa Anda untuk berpikir ulang mengenai status Anda sebagai pekerja. Coba mari kita lihat satu per satu. Memang sudah selayaknya setiap orang bekerja untuk menopang hidupnya dan keluarganya. Tetapi dengan bekerja sebagai pekerja, apa saja yang Anda korbankan? Tahukah Anda bahwa Anda telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, emosi, uang, kesehatan dan keluarga bagi pekerjaan Anda?

1) Waktu
Betapa banyak waktu yang harus Anda sediakan untuk perusahaan. Secara normal, perusahaan mempekerjakan Anda selama 8 jam setiap hari selama 5 hari. Jadi total kerja selama seminggu adalah 40 jam. Setiap hari selama Senin sampai dengan Jumat Anda harus bekerja selama sepertiga hari. Padahal Anda juga membutuhkan waktu untuk berangkat ke tempat kerja dan pulang kembali ke rumah. Jika untuk berangkat ke tempat kerja membutuhkan waktu 1 jam, maka Anda membutuhkan waktu 2 jam untuk perjalanan pergi ke tempat kerja dan pulang ke rumah. Artinya Anda membutuhkan waktu 2 jam lagi di luar waktu kerja normal untuk menunjang pekerjaan Anda. Jadi dalam rangka bekerja, Anda membutuhkan waktu 8 jam untuk bekerja dan 2 jam untuk perjalanan. Total menjadi 10 jam dalam sehari. Walau pun demikian, biasanya perusahaan menyelipkan 1 jam di tengah jam kerja untuk memberikan kesempatan beristirahat atau makan siang. Dengan demikian sebenarnya Anda telah menghabiskan waktu 9 jam di tempat kerja Anda.

Anda masih perlu istirahat untuk makan dan tidur. Artinya waktu Anda masih harus berkurang untuk waktu istirahat Anda. Kurang lebih Anda membutuhkan waktu untuk tidur selama 6 jam. Jadi sisa waktu Anda adalah 24 – 10 – 6 = 8 jam. Sisa 8 jam ini sangat berarti untuk Anda. Anda harus dapat menggunakannya dengan sangat cermat dan berkualitas. Tapi sayangnya waktu 8 jam ini biasanya adalah malam hari dimana mungkin banyak kegiatan sudah tidak dapat dilakukan dengan nyaman. Dan biasanya waktu 8 jam ini diisi dengan kegiatan yang tidak terlalu produktif terutama kegiatan yang dapat bernilai bagi keluarga atau hidup Anda.

2) Tenaga
Tidak dapat dipungkiri bahwa selain menghabiskan waktu, bekerja juga sangat menguras tenaga. Banyak perusahaan bahkan sangat ketat dalam mengawasi waktu kerja para pekerjanya. Pekerja harus selalu mencatat jam masuk dan jam pulang dengan kartu absensi atau dengan peralatan presensi yang canggih, misalnya dengan biometri seperti finger-scan atau hand-key. Terlambat berarti gaji akan dikurangi, atau bahkan hilangnya tunjangan-tunjangan.

Tidak sedikit perusahaan yang memberikan sangsi bagi pekerjanya yang ketahuan beristirahat atau tertidur pada masa kerjanya. Memang perusahaan tidak mau rugi karena mereka telah membayar harga yang disepakati (kadang nilainya kurang pantas) bagi waktu kerja Anda dalam bentuk gaji. Walau demikian perusahaan juga sering kali memberikan kebijaksanaan jika Anda bekerja lebih banyak dari waktu yang seharusnya dengan memberikan kompensasi dalam bentuk uang lembur. Tetapi semakin banyak Anda bekerja, semakin banyak tenaga yang harus Anda keluarkan untuk perusahaan. Semakin giat Anda bekerja, semakin terkuras tenaga Anda.

Seringkali tenaga yang Anda keluarkan untuk bekerja dan perjalanan pergi dan pulang kerja sangat menguras tenaga. Sisa waktu dalam sehari seringkali menjadi tidak produktif bagi Anda dan keluarga Anda. Karena terlalu capai, Anda seringkali mengisi sisa waktu ini untuk mengembalikan tenaga. Mungkin dalam bentuk istirahat, berkumpul dengan keluarga, santai atau makan. Sangat sedikit para pekerja yang telah terlalu capai ini mengisi sisa waktu untuk kegiatan produktif. Dan biasanya para pekerja yang terlalu capai akan terpengaruh emosinya.

3) Pikiran
Selain harus memberikan waktu dan tenaga Anda bagi perusahaan, Anda juga banyak menghabiskan pikiran untuk perusahaan. Terutama jika memang perusahaan menggaji Anda untuk berpikir. Mungkin Anda adalah seorang designer, system analyst, programmer atau pekerjaan-pekerjaan lain yang mengharuskan Anda berkerja dengan otak Anda. Entah itu untuk memecahkan masalah atau juga untuk proses kreasi dan inovasi. Semakin brilian menggunakan otak, karir Anda akan naik demikian juga dengan penggunaan otak Anda yang semakin banyak tersita untuk perusahaan Anda.

Sangat sering pekerja otak ini sangat haus akan hiburan. Maklum, selama bekerja mereka harus memforsir otak mereka untuk berpikir bagi perusahaan. Bahkan sudah jamak pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya dikerjakan saat masa kerja malah dibawa ke rumah sebagai PR (pekerjaan rumah). Alhasil sisa waktu Anda dipakai pula untuk bekerja. Kebutuhan akan rekreasi untuk melepaskan kepenatan kerja ini membuat obyek wisata menjadi sangat ramai dikunjungi pada akhir minggu.

4) Emosi
Rupanya tenaga dan pikiran para pekerja yang sangat terkuras untuk bekerja sangat mempengaruhi emosi. Sebenarnya tidak hanya karena banyaknya tenaga dan pikiran yang tercurah untuk pekerjaan, tetapi juga dipengaruhi oleh interaksi antar individu di tempat kerja dan juga situasi dan kondisi lingkungan di tempat kerja. Aspek-aspek ini dapat mempengaruhi tingkat emosi para pekerja. Walau pun mungkin di beberapa kasus emosi pekerja dapat menjadi baik dan menjadikannya memiliki tingkat pertumbuhan kedewasaan yang positif, tetapi lebih banyak lagi kasus yang membuat para pekerja memiliki emosi yang negatif.

Sudah jamak berita demonstrasi dan pemogokan besar-besaran yang dilakukan para pekerja. Lebih banyak lagi kasus pertengkaran yang terjadi antara perusahaan dengan para pekerjanya, atau bahkan antar pekerja itu sendiri. Semuanya serba emosional dan mengakibatkan rasionalitas ditanggalkan. Tidak jarang insiden ini berbuntut pada tindakan-tindakan anarkis.

5) Uang
Walau pun Anda memiliki gaji yang besar, tetapi sebagian besar dari gaji Anda akan tersita untuk kegiatan kerja Anda. Berapa banyak uang yang harus Anda sisihkan untuk transportasi ke tempat kerja? Tidak sedikit pula uang yang Anda belanjakan untuk benda-benda atau pakaian yang digunakan untuk menunjang kegiatan kerja Anda. Seringkali jumlahnya cukup besar dan di akhir bulan Anda baru menyadari bahwa uang yang dibelanjakan untuk keperluan penunjang kerja Anda ternyata sangat besar porsinya. Biasanya pekerja wanita sangat boros dalam belanja penunjang kegiatan bekerjanya.

Kadang ada perusahaan yang cukup berbaik hati dengan memberikan tunjangan-tunjangan bagi pekerjanya. Misalnya adalah tunjangan transport, makan, kesehatan atau tabungan untuk masa pensiun. Tetapi sadarkah Anda bahwa segala macam bentuk kebaikan ini seringkali hanya sebagai kedok bagi perusahaan agar perusahaan tampak baik hati dengan seolah-olah memberikan kompensasi yang begitu besar? Yang sebenarnya terjadi adalah bahwa perusahaan berupaya menurunkan nilai gaji pokok Anda dengan memperbesar tunjangan-tunjangan bagi Anda. Apa efeknya? Perusahaan tidak perlu membayar uang pesangon yang tinggi jika Anda harus di-PHK (pemutusan hubungan kerja); perusahaan tidak perlu membayar pajak terlalu tinggi bagi negara; dan yang lebih parah adalah bahwa sebenarnya nilai kerja Anda menjadi sangat rendah.

Mengapa saya mengatakan lebih rendah? Coba saja teliti lagi komposisi nilai gaji yang Anda terima setiap bulan. Jika nilai gaji pokok Anda ternyata, katakanlah 80% dari nilai totalnya, dan 20% sisanya adalah dalam bentuk tunjangan-tunjangan, maka sebenarnya nilai kerja Anda hanya 80%-nya saja. Syukurlah jika komposisi gaji pokok Anda lebih besar dari 90% dan nilainya pantas bagi Anda. Tetapi banyak kasus yang terjadi justru gaji pokoknya hanya 50% dan sisanya berupa deretan panjang tunjangan-tunjangan. Walau pun tampaknya nilai total yang Anda terima sangat besar dan tampaknya perusahaan sangat berbaik hati pada Anda, tetapi sebenarnya nilai kerja Anda dinilai relatif rendah dari yang sebenarnya. Seringkali kita harus realistis terhadap nilai ini dan seringkali pula kita menyerah dan menerimanya begitu saja.

Padahal masih banyak sekali kebutuhan kita untuk membiayai kegiatan bekerja kita, dan karena tidak ditunjang oleh perusahaan, maka kita harus membiayainya dari gaji pokok kita. Ironisnya tunjangan-tunjangan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan real. Misalnya tunjangan transport yang tidak mencukupi biaya transportasi yang sebenarnya.

6) Kesehatan
Apakah Anda memikirkan kesehatan diri Anda sendiri? Dengan menghabiskan banyak waktu, tenaga, pikiran dan emosi, kesehatan Anda akan menjadi terpengaruh. Anda harus memikirkan kesehatan Anda terutama jika pekerjaan Anda sangat mengesampingkan kesehatan Anda. Apalagi jika pekerjaan Anda termasuk pekerjaan beresiko tinggi. Percuma jika Anda memiliki banyak uang karena pekerjaan Anda tetapi kesehatan dan Anda semakin menurun.

Turunnya kesehatan ini selain dapat mengurangi kualitas hidup juga dapat menghilangkan hidup Anda. Mulailah berpikir tentang kesehatan dan jagalah kesehatan Anda. Walau pun perusahaan telah memberikan tunjangan kesehatan dan juga asuransi kesehatan, tetapi itu tidak sebanding dengan kesehatan Anda. Terutama jika kesehatan Anda semakin menurun dan tidak dapat disembuhkan, maka nilai uang berapapun menjadi tidak ada artinya lagi.

7) Keluarga
Dengan banyaknya waktu, tenaga, pikiran emosi dan uang yang Anda curahkan untuk bekerja, sebenarnya Anda cukup banyak mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, emosi dan uang untuk keluarga Anda. Tidak sedikit pekerja yang merasa sewot jika waktu kerjanya diganggu oleh keluarganya. Bahkan mereka akan marah besar ketika diganggu oleh keluarga terutama saat merasa sangat sibuk dan harus mencurahkan waktu, tenaga, pikiran dan emosi bagi pekerjaannya. Atau ketika Anda pulang ke rumah dan Anda terlalu capai sehingga tidak dapat beraktivitas (terutama aktivitas positif dan produktif) dengan keluarga. Tetapi sadarkah Anda bahwa keluarga Anda juga membutuhkan Anda?

Ketika prestasi Anda baik dan karir Anda menanjak, biasanya Anda harus semakin banyak mengorbankan keluarga Anda. Berapa banyak waktu, tenaga, pikiran, emosi dan sebagian uang yang Anda dedikasikan bagi perusahaan? Berapa banyak yang tersisa untuk keluarga? Jika Anda mendedikasikan waktu, tenaga, pikiran dan emosi terbaik Anda bagi perusahaan, dapatkah Anda juga mendedikasikan waktu, tenaga, pikiran dan emosi terbaik Anda bagi keluarga? Yang terjadi biasanya tidak demikian. Ketika Anda telah berhasil mendedikasikan waktu, tenaga, pikiran dan emosi terbaik Anda bagi perusahaan dan karir Anda semakin menanjak, seringkali tidak demikian untuk keluarga Anda. Waktu, tenaga, pikiran dan emosi Anda sudah habis terkuras dan Anda tidak dapat memberikan yang terbaik untuk keluarga.

Saran
Ternyata bekerja sangat menghabiskan sumber daya Anda, baik dari segi waktu, tenaga, pikiran, emosi dan uang. Akibatnya Anda mengorbankan keluarga dan kesehatan Anda karena menjadikannya nomor yang paling buncit. Terutama bagi para pekerja yang gila kerja atau pekerja yang sangat ambisius. Bagi para gila kerja dan para ambisius mungkin mengorbankan sumberdaya ini adalah sangat lumrah dan sepadan dengan karir atau pun kekayaan yang diperolehnya.

Tetapi bagi sebagian kecil orang, nilai pengorbanan ini adalah tidak sepadan dan tidak pantas. Mereka mulai berpikir untuk keluar dari jebakan pengorbanan ini. Bagi mereka sumber daya ini sangat tinggi nilainya dan tidak dapat diukur nilainya dengan uang berapa pun juga. Hidup bagi mereka sangat indah dan tidak layak untuk disia-siakan. Mereka ingin mengisi hidup ini dengan sesuatu yang positif, produktif, kreatif dan inovatif dan dipenuhi dengan cinta-kasih bagi keluarga, sesama dan diri mereka sendiri. Mereka tidak ingin menjadi robot yang sudah diprogram hidupnya. Mereka ingin dapat menikmati indahnya dunia ini di kala kebanyakan pekerja harus bekerja dengan amat-sangat keras.

Tetapi bagaimana caranya? Temukan jawabannya dalam blog ini.

33 responses to “Apakah Anda Seorang Pekerja?

  1. agung September 26, 2006 pukul 3:16 am

    Anda sudah tahu begitu pentingnya anda mempunyai Asset. Tapi sudahkah Anda mempersiapkan untuk mempunyai Asset? Ok. Kami menawarkan salah satu cara untuk menciptakan Asset dengan modal kecil. Anda akan memiliki ASSET yang akan menghasilkan uang Jutaan rupiah setiap bulan untuk Anda. Bila konsep ini Anda jalankan, 10 bulan lagi Anda akan memiliki INCOME Minimal Rp. 30 juta/bulan. KEBEBASAN FINANSIAL ANDA … !!
    Bila anda berani memiliki target seperti ini, atau sekedar ingin bukti, JOINT GRATIS…

  2. Man Of The Year September 27, 2006 pukul 10:43 am

    Serius nih,enak juga yah kalau bisa dapet gaji minimal negara maju(sekitar 3.000.000 tapi hidupnya di Indonesia,sukses selalu)

    EH BTW KENALAN YUK DI bntantra@yahoo.com.my

  3. sutaji Oktober 14, 2006 pukul 7:05 am

    Apabetul nih, bila ya tolong beri info ke mail aku terima kasih

  4. hengky dermawan Oktober 28, 2006 pukul 5:23 am

    Ada seorang pekerja bagian mesin karena begitu giatnya dia bekerja melebihi jam kerja normal supaya dipuji oleh bosnya karena menambah banyak produksi dan BERHASIL.Sesudah pekerjaan itu dikerjakan oleh yang pekerja lain maka terdapat sebuah masalah karena mesin untuk produksi harus banyak diperbaiki dikarenakan pekerja RAJIN yang terdahulu dan produksinya menurun dan dimarahi oleh bossnya…Begitulah keadaan manusia bila dipaksakan,dampaknya akan menyebar…yah,keluarga,sahabat,tetangga,kesehatan dsb. Sumber: seven habits by stephen covey,thx.

  5. kikiFotocopy Januari 18, 2007 pukul 11:19 am

    kalau dari pengalaman saya, teman-teman yang ingin menjadi pengusaha tapi masih menjadi karyawan, sebaiknya menggunakan ilmu BOTOL= Berani Otimis Tenaga Orang Lain dalam arti bisa menggunakan tenaga saudara, istri, pembantu dll tanpa harus keluar dari pekerjaan yang ada sekarang, sebab sekali anda keluar dan anda belum siap mental dan material anda akan menderita

    Gunakanlah ilmu Ampibhi hidup di dua dunia dunia Employee dan dunia Entrepreneur, ketika dunia entrepreneur mulai berkembang pesat dan tentunya anda sudah siap dengan segala konsekuensi kehilangan fasilitas saat anda sebagai keryawan (mobil dinas, asuransi kesehatan, bonus, gaji ke 13 dll) barulah anda terjun secara full time di dunia bisnis

  6. Emanuel Setio Dewo Januari 18, 2007 pukul 1:01 pm

    Dear KikiFotocopy,

    Iya betul. Tahap awal memang perlu menjadi amphibi (sbg pekerja & pengusaha). Tapi jika usaha sdh mapan, lebih baik bila pensiun sbg pekerja & total sebagai pengusaha. Masalahnya adalah kadang usaha kita jika tidak diseriusi maka perkembangannya tidak maksimal.

    Salam.

  7. Agus Hariyanto Februari 10, 2007 pukul 4:40 am

    Jadi pekerja terikat segalanya kita harus loyal, kita tidak bisa melawan arus .

  8. dewo Februari 10, 2007 pukul 9:48 am

    Dear Agus,
    Kita bisa melawan arus kok.

  9. ZZ Wahyu April 2, 2007 pukul 10:53 am

    Dear Friend,
    ini hal yang sangat menarik.
    Banyak dari kita yang terjebak
    di dunia 8 – 17 (datang jam 8 pulang jam 17)
    Terkungkung seakan tidak punya pilihan
    Memang akan tidak terasa bila kita mendapatkan BOS yg mengerti dan peduli.
    Nah bagaimana bila kita dapat BOS yg sebaliknya.

    Saat ini memang banyak rekan2 dan bahkan saya sendiri yang mencoba menjadi amphibi.
    Tetapi memang berat, karena harus bersinggungan
    dengan waktu & kepentingan perusahaan.
    Ini yang kadang menjadi dilema, karena secara
    tidak langsung kita menjadi dzolim dan korupsi
    terhadap waktu & kepentingan perusahaan.
    Di lain pihak, kita sangat perlu sampingan tsb
    untuk menambah atau mencari yang lain di luar
    penghasilan dari perusahaan.
    Kita berada dalam dua sisi yang berlawanan,
    antara yang halal dan yang haram.

    Nah, adakah saran dari rekan sekalian untuk
    menjembatani masalah ini.
    Agar kita bisa menjadi amphibi yang baik,
    tidak merugikan pihak manapun, tetapi
    bisa mendapatkan yang lebih.

    Thanx all, bisa berbagi dalam masalah ini.

  10. dewo April 2, 2007 pukul 12:00 pm

    Dear ZZ,

    Kita bisa kok, sembari bekerja di perusahaan juga memiliki pekerjaan pribadi. Memang kita harus menjaga agar tidak conflict of interest. Di sini kita harus berlaku cerdik.

    Misalnya usaha pribadi kita itu tidak harus kita sendiri yang menjalankan, tetapi kita bisa menyewa pekerja. Atau operasionalnya diserahkan kepada istri, anak atau saudara kita.

    Sebenarnya masih banyak cara untuk mengatasi masalah “amphibi” tersebut. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyiasatinya.

    Semoga berhasil. Salam.

  11. ZZ Wahyu April 3, 2007 pukul 3:42 am

    Dear Dewo,
    terima kasih atas masukkannya.
    Memang selama ini saya menjadi “amphibi” yang bekerja sendiri (tanpa bantuan istri).
    Kebetulan bidang saya design grafis, dan istri saya tidak menguasai bidang tsb.
    Nah, mungkin Dewo punya siasat yang jitu
    atau paling tidak pernah punya pengalaman dalam hal ini
    Sekali lagi terima kasih sharing-nya
    Salam.

  12. erika sefiani Mei 26, 2007 pukul 2:12 am

    saat ini memang saya sedang berkerja di sebuah perusahaan di bidang eo dan consulting, selama ini gue berkerja sudah bersyukur dan gue pengen banget dech berkerja tanpa harus ketakutan dalam sewaktu-waktu saya akan di berhentikan dan karena selam saya masuk kerja saya belum diberikan surat kontrak kerja

  13. dewo Juni 1, 2007 pukul 4:13 am

    @Dear ZZ Wahyudi,

    Maaf lama baru bisa membalas.
    Usaha sampingan seharusnya tidak boleh 100% mengandalkan kita. Kita harus bisa “mendelegasikan” kepada orang lain. Mungkin tidak harus istri Anda, tetapi bisa saja teman atau bahkan Anda mempekerjakan orang yang memang memiliki kompetensi di bidang usaha Anda.

    Anda tidak perlu mempekerjakan orang secara full-time mengingat usaha Anda mungkin tidak selalu memiliki order. Tetapi Anda dapat mendelegasikan pekerjaan pada orang lain saat Anda mendapatkan order (sub kontrak).

    Mungkin ini dapat membantu usaha Anda. Semoga berhasil. Salam.

  14. dewo Juni 1, 2007 pukul 4:19 am

    @Dear Erika Sefiani,

    Prinsip bekerja untuk orang/perusahaan lain adalah dengan bekerja sebaik mungkin dan berprestasi sebanyak mungkin sehingga perusahaan benar-benar membutuhkan Anda. Jika Anda berhasil bekerja dengan baik dan dapat meraih prestasi sebanyak-banyaknya, maka perusahaan akan rugi jika memberhentikan Anda.

    Bahkan jika Anda sanggup membuktikan betapa pentingnya Anda bagi perusahaan, maka perusahaan pun akan memberikan perhatian lebih pada Anda. Bahkan tidak jarang promosi atau pun bonus dapat Anda raih.

    Jawaban saya ini adalah dari segi pandang perusahaan, bukan dari sudut pandang karyawan. Bagaimana pun perusahaan akan senang bila karyawannya berprestasi. Karena karyawan yang berprestasi otomatis akan membuat perusahaan berprestasi.

    Semoga surat kontrak kerja dapat segera Anda dapatkan dan Anda dapat lebih tenang dalam bekerja. Salam.

  15. Ina November 20, 2007 pukul 4:15 am

    Jadi amphibi buat karyawan yang rasa loyalitasnya buat perusahaan kurang mungkin ga masalah ya…
    Kalau saya bilang sich karyawan seperti itu adalah type orang yang merasa bahwa penghasilan pokok didapat dari kantor nach kalo dari entrepreneur itu penghasilan utama… Jadi dia merasa keduanya harus memberikan penghasilan maksimal padahal usaha yang diberikan oleh dia hanya setengah-setengah…

    Tapi apa enak kalau kita terus-terusan mengharapkan salary tinggi tapi kerja ga maksimal???

    Rasanya ga fair ya… baik buat perusahaan juga buat kitanya yang ngejalanin..

    Tapi semua kembali kediri kita masing-masing.. Sejauh mana kita berani meninggalkan kenyamanan yang ada sekarang untuk memperjuangkan harapan yang lebih baik..

  16. Arief Cijantung Januari 3, 2008 pukul 10:36 am

    Bener banget tuh…gw dulu pekerja disalah satu perusahaan BUMN di daerah Banten dengan gaji 8 jt,gw ingin perbahan tanpa banyak pikir gw resign + pesangon, pesangon ini gw pake modal buat ES DOGER 2 tahun lamanya gw rintis akhirnya bersih bulanan gw 15 juta gak tau apa jadinya kalo gw masih jadi KARYAWAN yang gak jelas arah hidupnya….sara yang masih jadi kuli saat nya memutar haluan GAJAH LIAR aja hidup di huta tanpa akal & tanpa ilmu tapi GAJAH LIAR memiliki kebebasan waktu masa kalah ma GAJAH

  17. Nay Ardany Januari 24, 2008 pukul 7:05 am

    mo dong ikut gabung…
    kenalan yuk di nay_valys@yahoo.co.id

  18. Nay Ardany Januari 24, 2008 pukul 7:13 am

    ya benar, sy ingin punya usaha sendiri yg bisa buat hari tua, kerja lama hanya bisa utk mutar hidup sehari2, tlg dong bantu sy ingin ada perubahan..

  19. wir Januari 30, 2008 pukul 11:35 am

    Kita hidup sebagai manusia sudah dianugerahi sifat tidak pernah puas, sudah kerja jadi karyawan gaji lumayan, pinginnya cari sampingan lagi. kapan kita hidup tenang, sudah dapat gajah minta dinousaurus. sudah dapat dinosaurus minta apa..!!!
    Nikmatilah hidup ini. jangan hidup ini dibuat susah.
    Pemasukan dan pengeluaran harus Balance…, jangan tergiur barang2 duniawi.

  20. wir Januari 30, 2008 pukul 11:44 am

    Mau jadi karyawan atau menjadi wiraswasta itu tergantung dari diri sendiri semua ada baik dan buruknya, karyawan dan wiraswasta adalah dunia yang berbeda. bukan berarti menjadi karyawan itu lebih rendah dari wiraswasta.
    Kalau semua pingin jadi wiraswasta siapa yang menjadi karyawannya????

  21. hendy888 Februari 17, 2008 pukul 6:43 pm

    wah,cukup menarik juga topiknya
    menurut saya si tidak ada salahnya jadi karyawan.
    siapa bilang jadi karyawan tidak bisa kaya ?
    coba saja lihat buku safir senduk yang berjudul siapa bilang jadi karyawan tidak bisa kaya ?
    menurut saya si cukup masuk akal penguraiannya
    saran saya si sebaiknya temukan dulu source of income anda melalui penghasilan part time.
    kalau sudah mapan, ya boleh quit
    anda boleh contact saya via email untuk diskusi
    salam

  22. arrohwany Maret 11, 2008 pukul 7:18 am

    Wah kesindir abizzz šŸ™‚

  23. octavi derey April 30, 2008 pukul 5:41 am

    saya sangat butuh dana untuk meningkatkan usaha kecil saya,maka apa biala ada bantuan tolong bantu

  24. yanto Agustus 13, 2008 pukul 5:42 am

    wah….boleh tuh punya gaji yang lebih….
    sementara w dah kerja tp gajinya ya cuma buat muter – muter hidup , tapi w bersyukur banget , kalo ada usaha yang hasilnya bisa lebih dari gaji saya tolong di email ke saya ya..
    terima kasih

  25. arul September 6, 2009 pukul 8:09 am

    mas arif

    gud advice .. bener pegalaman tu ya mas?

  26. achong September 14, 2009 pukul 3:39 am

    Ini saya kasih satu solusi usaha sampingan yang bisa dijalankan sambil kita kerja…
    1. Juwalan PUlsa elektrik
    http://achongcell.co.nr

    salam
    achong…

  27. Rudi September 6, 2010 pukul 6:49 am

    aku pengen kerja yg gajian 1juta atau lebih yg penting halal wes
    ada gk Bos …

  28. rita novitasari Maret 22, 2011 pukul 6:59 am

    Mnrut Mas ap yg hrus q bka buat wirausaha,
    skrg q krja d cnter dri 8.00-22.00, gji cm 800
    buat bntu ortu jg gk ckup.

  29. wisnu Juni 12, 2011 pukul 3:14 am

    MASA DEPAN TERGANTUNG PADA IMPIANMU

  30. ary gustanto Oktober 19, 2011 pukul 12:54 am

    Artikel yang bagus yang bagus pak Dewo. Mohon izin saya salin ke note saya di fb ya pak. Terima kasih sebelumnya.

  31. Georgia Desember 18, 2012 pukul 4:33 am

    cache and Cigen. 55. The game is pretty much what EA executive Ben Bell described last year.

Tinggalkan komentar